preload

MUSLIM NEGARAWAN

MUSLIM NEGARAWAN

Pages - Menu

Published in:

Read More...

Urgensi Politik Kampus

Published in:



Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan tetapi hebat dalam tindakan (confusius).

Berbicara mengenai siyasi (politik) dengan satu sisi maka kita mendapatkan jawaban politik itu kotor, dalam agama itu menganjurkan “dakwah” bukan bersiyasi, buat apa lelah memikirkan politik lebih baik memikirkan apa tugas kuliah hari ini, atau untuk apa berpolitik buang-buang waktu saja, perilaku risih pragmatis ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya mahasiswa yang berpartisipasi dalam PEMILWA.

Apa itu siyasi ? Untuk apa buat partai mahasiswa ? apa untungnya punya posisi strategis di HMPS, BEM, DPM, DPM-U, BEM-U, UKM, tidaklah cukup dakwah itu dengan bil-hal, bil lisan, dan bil-qalam saja atau untuk apa bertarung dan melakukan spekulasi-spekulasi memperebutkan pengaruh dari elemen gerakan yang lain, atau apakah tidak cukup berdakwah itu secara sturktural dan fardiyah, bukankah kita sudah dalam posisi nyaman untuk saat ini , . . .

Akan ada beribu-ribu pertanyaan, oleh karenanya perlu orientasi yang jelas tentang paradigma gerak kita dan pembacaan komprehensif mengenai medan realita kampus, Hal itu sangat penting untuk menentukan Taktis dan Strategis sebelum benar-benar mantap untuk masuk dalam kancah politik kampus dan yang lebih penting lagi mendapatkan arah yang jelas dalam bergerak.

Pemahaman yang benar akan politik kampus. Pengertian yang sebenarnya mengenai politik dalam Islam akan membawa pada keteguhan gerak dalam menghadapi segala mihnah yang menghadang. Memahami bahwa siyasah adalah sebuah wasilah untuk tahqiq ahdaf al-da’wah (meneguhkan tujuan-tujuan dakwah). Sehingga politik kotor adalah persoalan mental pelaku, dan bukan strategi perjuangan.

Mungkin sekarang perlu melirik keuntungan memasuki arena politik kampus.

(1) Dengan membuat partai mahasiswa dan aktif dalam kegiatan politik, maka ada kesempatan menyuarakan kepentingan kita dan mayoritas mahasiswa konstituen. Secara praktis, tujuan-tujuan dakwah akan tersampaikan melalui lembaga kemahasiswaan baik di HMPS, BEM, DPM, DPM-U, BEM-U, dan UKM.

(2) Dengan mendudukkan wakil di DPM-U, maka kebijakan kampus dapat kita awasi, kontrol dan rekomendasikan.

(3) Mengawali kultur positif tentang pengelolaan lembaga mahasiswa, dengan mengembangkan kultur jujur dan amanah, maka mahasiswa konstituen akan benar-benar merasa terwakili dan diayomi, disinilah nilai dakwah terinternalisasi.

Untuk memaksimalkan sebuah kemenangan, maka perlu memikirkan strategi yang paling menguntungkan bagi dakwah—dengan catatan tidak terseret dalam gelombang pragmatisme.

Strategi yang sebagaimana digunakan rasul dahulu, yaitu al-tahalluf (koalisi) dengan kekuatan perubah dalam struktur masyarakat. Akumulasi kekuatan perubah akan menjadi pressure group paling efektif.

Dalam siyasah, terdapat manhaj perjuangan di tingkat parlemen. Biasa disebut sebagai musyarakah ijabiyah banna-ah (partisipasi positif konstruktif). Dengan metode itu, maka elemen dakwah yang berpolitik, akan terlibat secara maksimal dalam pemberian masukan bagi eksekutif dan pemberlakuan—atau penolakan—sebuah kebijakan.



Setiap manusia diciptakan berbeda,

oleh Allah yang maha Esa,

sifat dan warna kulit tidak semuanya sama

tapi Allah melihat iman dan taqwanya,

Allah maha kuasa atas segala yang ada

Ingatlah manusia siapa diri kita ??

jangan sombong, jangan dengki, terhadap saudara seperjuangan

itu tidak disukai Allah.



Jika elemen amanah siyasi ini di amanahkan kepada KAMMI KAD* sudah siap untuk masuk dalam pusaran politik kampus, maka seyogyanya pertanyaan-pertanyaan pada point pertama tulisan ini sudah tidak lagi dilontarkan. Memasuki wilayah politik berarti siap dengan segalanya.

Ingat akan Thariq di tepi Andalusia yang membakar kapal anak buahnya dan meneguhkan perjuangan di depan mata. Mungkin sekarang saatnya kita teriakkan, “Jangan pernah mundur walau setapak, karena mundur adalah pengkhianatan !”

Wallahua’am bissawab.


By : Taufik Septianto

Sleman, 28 Januari 2011
AB 2 (Anggota Berusaha Baik)

*Penulis adalah Ketua Umum KAMMI Komisariat Ahmad Dahlan
Periode 2010-2011

(repost dari kammikad.blogspot.com)

Read More...



Teologi dan Falsafah Hijab

“Teologi Sosial Hijab Perempuan dalam Konsep Islam”

Murthada Muthahhari

Dalam tinjauan bahasa, kata hijab (jilbab) berarti penutup atau sesuatu yang menutupi. Hijab adalah penutup yang menghalangi terlihatnya pesona-pesona perempuan di hadapan pria. Mengenakan hijab merupakan suatu kewajiban umum atas perempuan yang harus dilaksanakan sejak masa balig hingga masa tua. Hijab bukanlah adat kebiasaan perempuan Arab saja sehingga perempuan non-Arab tidak perlu menirunya, melainkan suatu hukum yang tegas dan pasti sehingga seluruh perempuan muslimah diwajibkan oleh Allah SWT untuk mengenakannya.

Pada tahun-tahun pasca perang dunia II merupakan tahun-tahun peperangan yang lebih seru dan sengit. Tahun-tahun yang penuh dengan pertentangan akidah dan pemikiran, dan berbagai ideologi yang datang ke Timur bersama barang-barang dagangan dan tradisi-tradisi yang diimpor dari Barat. Slogan-slogan palsu yang disuarakan oleh orang-orang yang mengaku “pembela hak perempuan” agar melepas hijab , adalah salah satu bentuk penyesatan dan perbuatan aniaya  serta pelanggaran terhadap hak-hak perempuan. Dan pada hakikatnya islam ingin mengangkat kehormatan dan martabat perempuan. Perempuan memiliki hak-hak yang harus dijaga. Dalam islam hijab merupakan bentuk proteksi bagi perempuan bukan suatu bentuk pengekangan.



Beberapa Alasan Logis dalam Pemakaian Hijab

Pembahasan hijab kali ini akan ditilik melalui tiga aspek. Sebuah pembahasan mengapa hijab timbul di tengah masyarakat secara umum akan menjadi pembahasan filosofis dan sosio-historis, mengingat ini bukan hanya khusus pada masyarakat Islam. Hijab telah ada sebelum islam, pakaian itu berlaku di antara bangsa-bangsa kuno dan penampilan hijab lebih mencolok di masa Dinasti Sassaniaa di Iran dibandingkan dengan daerah lain.



1.      ALASAN FILOSOFIS

Para komentator sosial sering mengajukan alasan-alasan tentang hijab yang terfokus pada ide bahwa di awal prinsip hukum alam tidak ada penutup atau kerudung yang tercipta antara makhluk jantan dan betina. Menurut Russell, “tidak ada kejadian di alam ini di mana tirai atau kerudung dibentangkan antara kelamin betina dan kelamin jantan”. Dan berikut akan diutarakan alasan bagi hadirnya hijab. Pertama, alasan filosofis. ia memusat pada kecenderungan ke arah asketisisme (paham yang mempraktikan kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban: kehidupan sebagai petapa, meninggalkan urusan-urusan dunia)  berjuang melawan kesenangan dalam upaya untuk menundukkan ego. Sumber utama gagasan ini berasal dari India yang menciptakan batasan antara laki-laki dan perempuan melalui upaya asketisisme karena seorang perempuan merupakan bentuk tertinggi pemberi kenikmatan nafsu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keterbelakangan masyarakat karena mengejar kebebasan dalam bergaul. Ada dua alasan askesitisme mulai berkembang di tengah masyarakat : Pertama, karena di antara kelas masyarakat yang terabaikan, ada sebagian masyarakat yang bertindak tidak pantas terhadap perempuan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa kecewa terhadap perempuan karena penolakan cinta, hingga timbullah rasa kebencian yang besar terhadap perempuan. Sehingga kemudian mereka melakukan asketisisme dan mempropagandakan penentangan terhadap perempuan, inilah yang mereka kembangkan melalui filsafat kependetaan.

Kedua, keinginan kuat untuk menentang kasus yang pertama. Orang –orang yang sangat ekstrem dalam praktik seksnya sehingga melebihi batas-batas normal dan orang-orang yang berpaling ke obat-obatan untuk menjauhi seks. Hal yang sangat ekstrem dapat menimbulkan kejenuhan dan keletihan sehingga hal ini mengakibatkan perasaan antipati terhadap perempuan. Paham ini sangat dibenarkan oleh orangorang yang berpaham matrealis.

Dua alasan di atas merupakan latar belakang timbulnya hijab di kebudayaan lain, dan faham askstisisme tidak ada di zman jahiliyah  di Arabia. Namun Islam telah mengatur pembatasan pergaulan dan penggunaan hijab untuk melawan faham asketisisme dan melarang praktik-praktik asketis. Salah satu tujuan Islam mengetengahkan masalah hijab bukanlah atas dasar asketis tapi menekankan kebersihan, karena kebersihan sebagian dari iman, dan Allah menyukai keindahan dan kebersihan.  Islam memandang kebaikan dan kasih sayang yang ditunjukkan kepada perempuan sebagai sifat yang dimiliki oleh Rasul-RasulAllah. Ada hadith yang mengatakan “ Di antara sifat para nabi adalah mereka mencintai perempuan”.

Rasulullah telah berusaha keras melarang praktik asketis yang meniru gaya hidup biarawan dan para rahib. Rasulullah bersabda :”Satu di antara yang membuat perempuan-perempuan yahudi melakukan perselingkuhan adalah karena suamui-suami mereka demikian jorok sehingga istri-istri mereka mencari pria yang bersih dan berpenampilan menarik.  Berdasarkan hadith di atas telah  jelas bahwa Islam tidak mengajarkan faham asketis melainkan mengajarkan kebersihan dan mengedepankan prinsip hijab sebagai bentuk penghargaan terhadap perempuan. Dan telah jelas pula bahwa falsafah pertapaan tidak dapat dihubungkan dengan Islam. Falsafah ini mungkin ada di beberapa tempat di dunia, tetapi falsafah tersebut tidak sesuai dengan Islam.



2.      ALASAN SOSIAL

Sebab lain yang menjadi dasar penggunaan hijab adalah faktor keamanan. Pada zaman dinasti Sassania di Iran, pendeta-pendeta tinggi dan para pangeran mencari dan membawa gadis cantik yang mereka temui, sehingga keamanan para perempuan dan harta benda menjadi salah satu hal yang patut dijaga. Gagasan hijab ini ialah untuk melindungi perempuan sehingga tak seorang pun bisa menemuinya. Kondisi seperti ini sangat berbeda jauh dengan kebudayaan suku badui di Arabia yang sangat melindungi perempuan. Ketika terjadi pertikaian antarsuku yang mengancam sosial dan kelompok maka bukan hanya para lelaki yang menjadi targetnya namun anak-anak dan para perempuan juga ikut diperhitungkan, sehingga kerudung tidak menjamin keamanan perempuan. Hijab bisa mencegah gangguan terhadap seseorang terhadap perempuan. Model ganggguan semacam itu tidak terjadi di antara suku-suku itu. Maka dari itu kita tidak bisa berpendapat bahwa islam semata-mata menegakkan hijab hanya untuk menjamin keamanan, namun bukan berarti islam tidak mempertimbangkan hal tersebut.




3.      ALASAN EKONOMI

Alasan lain yang diberikan dalam penerapan hijab adalah struktur ekonomi yang mengeksploitasi perempuan. Hal tersebut mengakibatkan ketidakadilan. Sejarah menunjukkan adanya empat era sehubungan dengan pergaulan antara pria dan wanita, termasuk zaman sekarang.

Era pertama kemanusiaan, menurut pandangan ini, adalah zaman komunal yang berhubungan dengan seks. Di zaman ini, pada dasarnya tidak ada kehidupan keluarga. Era kedua adalah, ketikakaum pria mendominasi perempuan dan mereka dipandang sebagi budak dan sarana untuk melayani kaum pria. Era kedua ini adalah era kepemilikan olah kaum pria. Era ketiga adalah ketika kaum perempuan bangkit memprotes dominasi kaum pria, dan erakeempat adalah era persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

Orang-orang yang menentang hijab berpendapat bahwa era pertama adalah zamn komunal yang berhubungan dengan zamn prasejarah. Era kepemilikan adalah era terpanjang yang pernah tercatat oleh sejarah, di mana pria mendominasi perempuan dan mereka menyatakan islam sebagai contoh dari era ini. Era ketiga dikenal sebagai zaman pemberontakan,timbul pada paro kedua abad ke-19. Era keempat ialah zaman yang sedang berlangsung hingga sekarang yakni era pencarian persamaan hak antara pria dan perempuan.

Jelas bahwa era-era ini berkembang atas dasar adanya perkembangan ekonomi yang berhubungan dengan era kemanusiaan, yakni seperti era komunal, era feodal, era kapitalis dan era komunisme. Dalam hal ini, keempat era tersebut telah mennujukkan bahwasannya penerapan hijab sangat berhubungan erat dengan perkembangan ekonomi, hal ini dapat dibuktikan ketika pria mengeksploitasi perempuan dirumah dan mempekerjakan mereka dan mengurung mereka di dalam rumah. Namun islam tidak memaksudkan hijab sebagai sarana eksploitasi perempuan secara ekonomis, islam menegakkan ajaran-ajaran yang menghargai hak perempuan dalam rumah tangga, pria berhak membuat peraturan demi kebaikan rumahtangganya yang sesuai dengan ajaran islam, bukan untuk mengeksploitasi perempuan dan memenjarakan merekadi rumah. Dan hal ini sangat bertentangan dengan pendapat orang-orang yang menentang hijab.




4.      ALASAN ETIKA

Alasan lain dalam menegakkan hijab adalah masalah moral, hal ini berhubungan dengan karakter dan sifat pribadi. Munculnya hijab karena adanya egoisme laki-laki dan kecemburuan mereka terhadap pelecehan kepada kaum perempuan. Sehingga para lelaki menerapkan prinsip hijab untuk memiliki perempuan secara eksklusif dan tidak menginginkan lelaki lain untuk turut memiliki.



5.      ALASAN PSIKOLOGIS

Sebagian orang berpendapat bahwa menerapkan hijab dan diam di rumah merupakan bentuk alasan psikologis dan perasaan rendah diri perempuan terhadap pria. Perasaan ini dilandaskan atas dua alasan :

Pertama, sebagian perempuan meyakini bahwa mereka mempunyai kekurangan organik di dalam tubuhnya dibandingkan pria. Alasan kedua adalah pendarahan bulanan dalan menstruasi dan pasca melahirkan. Pada zaman dahulu, periode bulanan yang dialami perempuandipandan sebaga kekurangan. Oleh karena itulah mengapa perempuan diisolasi selama mereka mengalami menstruasi dan semua orang menghindar untuk berubungan dengan mereka. Mungkin keyakinan itu yang menjadi alasan utama para sahabat mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah seubungan dengan menstruasi. Dan Allah mewahyukan sebuah ayat khusus untuk menjawab pertanyaan ini, Al quran tidak mengatakan bahwa menstruasi merupakan sesuatu yang menyedihkan dan perempuan harus didisolasi selama masa menstruasi, Al quran mengatakan bahwa mereka tidak boleh saling bergaul sesuai dengan “ mereka bertanya kepadamu tentang menstruasi, katakanlah :”menstruasi adalah kotoran, olah karena itu janganlah bersetubuh dengan perempuan pada saat tu hingga mereka suci:

Menurut islam, perempuan yang menstruasi adalah muhdis, yakni oang yang belum berwudhu atau mandi wajib, dan terbebas dari kewajiban shalat dan puasa. Keadaan perempuan yang sedang menstruasi dipandang hina dan kotor, sehingga mereka memandang perempuan rendah, maka dari itulah diperukan hijab, namun islamberkata lain, hijab bukan digunakan untuk mengisolasi perempuan yang sedang dalam keadaan menstruasi dari lingkungannya, bukan memandang perempuan sebagai makhluk yang rendah. Namun jika islam melarang perempuan-perempuan yang dalam kondisi menstruasi bergaul dengan suami ini menunjukkan islam peduli akan kesehatan kedua belah pihak, karena menstruasi merupakan darah kotor yang bisa saja menyebabkan penyakit.  

by : mae_12



Bersambung.......



Sumber :

Muthahhari, Murthada.2011.Teologi dan Falsafah Hijab.Jakarta : Rausyan Fikr Institute

Read More...

YOUR VIEW

Published in: Label:


The world as “truth” see it

(part 1)
Manusia manapun yang mencoba bersikap baik sepanjang waktu pasti hancur di antara sejumlah besar manusia yang tidak terlalu baik. Karena itu, seorang pangeran yang ingin mempertahankan otoritasnya harus mempelajari cara menjadi orang yang tidak baik dan mempergunakan pengetahuan itu atau tidak menggunakan pengetahuan itu, sesuai kebutuhan.
THE PRINCE,Niccolo Machiavelli, 1469-1527

Memahami dunia secara utuh adalah sebuah perkara yang harus selalu dipelajari untuk menjadi manusia yang utuh. Kegagalan kita dalam memahami dunia hanya akan mengantarkan pada malfungsi posisi “rahmat bagi seluruh alam” yang diemban di setiap diri seorang muslim.Proses kita dalam berpikir, mengkaji, memaknai, juga mengkritisi bahasa-bahasa yang kita baca dan kita sentuh setiap hari melalui perantara kegiatan akademis, organisasi, media,obrolan, atau pun pesan semesta itulah yang akan membentuk perspektif.
Dalam perspektif pemikiran dan tindakan kita inilah ada sebuah pengejawantahan dari inti keyakinan juga kapasitas kita dalam memandang dunia. Memandang dunia melalui perspektif siapa, perspektif apa, perspektif yang bagaimana, juga perspektif ruang(di mana) dan waktunya (kapan).yang utama adalah saat kita mampu menempatkan perspektif kebenaran Illahi dalam setiap perspektif tersebut.
Allah SWT telah berfirman dalam QS Adz-Zaariyat ayat 49 : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. Berpasangan memiliki makna dua hal yang berbeda namun bersandingan dan juga bermakna dua hal yang berbeda namun berlawanan. Adalah sebuah kewajiban bagi setiap manusia untuk berjalan dalam sisi yang baik . Namun harus kita ingat bahwa kebaikan tercipta bukan berdiri sendiri namun ia punya pasangan meskipun bertolak belakang yaitu keburukan. Dan kita harus mengilmui kebaikan (baca: Islam) dan juga mengilmui keburukan (baca: musuh Islam). Dalam tinjauan ini secara lugas bermakna bahwa mutlak kita hidup di atas jalan Islam, namun berpikir utuh dengan memahami cara kerja Islam dan cara kerja musuh Islam dengan perspektif kebenaran.Namun jangan  kemudian kita terjebak dalam dialektika bahwa Islam adalah thesis dan musuh islam adalah antithesisnya ataupun sebaliknya. Sama sekali tidak, karena jika demikian akan ada synthesis diantara keduanya dan inilah bias yang seringkali menjadi obyek manipulasi.
Tugas kita adalah untuk menjaga dan mempertahankan otoritas rahmatanlil’alamin yang diamanahkan pada manusia sebagai khalifah di muka bumi yang merupakan sebuah peran protagonis narasi agung. Menjadikan Qur’an dan Hadist Shahih sebagai pedoman bukan perkara ringan. Karena kita punya seteru abadi yang niscaya, yang akan selalu menggoyah dan menjatuhkan dengan apapun caranya yang tidak lain dan tidak bukan adalah setan dan iblis beserta derivatnya dalam golongan jin dan manusia.
Ibnu Sina mengatakan bahwa kita harus memahami definisi dulu sebelum masuk pada ranah konsepsi. Ya, harus kita definisikan siapa musuh kita agar kita bisa membuat konsepsi yang utuh tentang bagaimana “kebenaran” memandang dunia. Karena saat “kebenaran” memandang dunia haruslah dari sisi yang benar, sementara memandang dari sisi yang benar adalah memandang dari semua sisi, dan memandang dari semua sisi berarti memandang dari sisi Islam dan sisi musuh Islam. Saya tidak ragu tentang definisi yang kita miliki mengenai Islam, tapi  yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita mendefinisikan musuh Islam?....     
 by : –eos-



Read More...




 oleh : Mae Perindu Surga

Pemuda merupakan agent of change bagi suatu bangsa. Karena pemuda merupakan penggerak dan ujung tombak penerus peradaban yang dipersiapkan untuk menerima estafet kepemimpinan di masa yang akan datang. Sehingga untuk menjadi pemuda yang tangguh harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.    Memilki rasa solider dan konsistensi (Istiqomah)
Seorang pemuda harus memiliki rasa solider yang tinggi, memiliki kepedulian terhadap sesama, dan peka terhadap kesulitan orang lain. Pemuda juga harus istiqomah terhadap prinsipnya, memiliki idealisme yang kokoh dan bersifat fleksibel. Walaupun sebenarnya untuk bersikap istiqomah sangat sulit, namun sebagai seorang pemuda harus menunjukkan keistiqomahan dalam berprinsip. Karena seorang pemuda yang teguh dalam berprinsip , ia akan menjadi orang yang besar dengan ide yang cemerlang atas penghargaan terhadap prinsipnya sendiri. 
2.    Memiliki standar keimanan (moralitas)
Seorang pemuda yang baik harus memiliki moral dan etika yang baik pula. Ia meletakkan kejujuran di atas tata krama, berbudi pekerti yang baik terhadap sesama.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa iman tidaklah tetap posisinya, kadang naik dan kadang juga turun. Karena iman terletak di dalam hati yang selalu bergejolak, tidak tetap.
Apalagi hati seorang pemuda yang senantiasa dipengaruhi oleh perkembangan emosi jiwanya, sehingga iman seorang pemuda sulit untuk selalu bersifat konstan.

3.    Tidak mudah berputus asa dan pantang mundur
Dalam QS. Al kahfi :60, ada sebuah pelajaran penting dari kisah, nabi Musa yang tidak kenal putus asa dalam pencariannya mencari nabi khidir untuk berguru padanya.
Ia bersama Yusyi' bin Nun, pembantunya, mencari sebuah tempat antara laut dan sungai. Karena sesuai dengan petunjuk dari Allah, bahwa nabi khidir berada di tempat yang diapit antara laut dan sungai. Mereka tidak berputus asa dan terus berusaha untuk bertemu dengan nabi khidir dan akhirnya mereka pun menemukan tempat itu dengan bantuan seekor ikan yang dibawa mereka. Dari kisah ini, seorang pemuda harus memiliki keteguhan dan keuletan dalam bertawakal pada-Nya, tidak mudah putus asa dan selalu istiqomah hingga hasil yang diinginkan menjadi kenyataan. Namun ada kalanya, keinginan tidak selalu sejalan dengan kenyataan dan hal ini  dapat menimbulkan rasa kecewa. Sehingga, perlu menyiapkan hati dan mental dengan kemungkinan-kemungkinan yang kapan saja bisa terjadi. Berlapang dada dan selalu berhusnudzon  kepada Allah atas hasil yang telah ditetapkan.

Demikianlah pemaparan ciri-ciri semangat seorang pemuda yang tangguh dan memiliki prinsip yang kuat. Sehingga akan lahirlah sosok pemuda dengan kepribadian yang baik dan mampu menjadi calon pemimpim di masa yang akan datang. Memimpin dengan arif dan menjadi teladan bagi rakyat yag dipimpinnya. Semoga, bangsa ini mampu mencetak calon leader idaman yang akan membawa perubahan dan kemashalatan bagi umat. Insya Allah. ^_^

Read More...




 
Oleh : Aulia Rahim

“Sampaikanlah walau satu ayat”

Sebuah hadits yang memberitahukan kita untuk senantiasa berdakwah di jalan-Nya.
Banyak orang yang belum memahami hakikat dakwah  yang sesungguhnya dikarenakan berbagai alasan, di antaranya :
1.   Merasa dirinya banyak dosa
2.   Belum mampu berdakwah
3.   Belum ada bekal untuk berdakwah baik itu dari segi ilmu maupun dari segi kemauan.
4.   Terlahir dari pendidikan umum bukan lulusan pondok pesantren atau sekolah agama.
Masih banyak lagi alasan yang dikemukakan orang-orang yang belum mau berdakwah. Padahal cara berdakwah itu ada berbagai macam yaitu :
1.   Dakwah bil lisan : Dakwah yang dilakukan dengan lisan.
Dakwah ini biasanya yang dilakukan oleh ustadz atau ustadzah di berbagai pengajian ataupun ketika sholat Jumat. Lebih efektif dilakukan secara dialog tetapi tergantung kondisi.
2.   Dakwah bil hal : Dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata. Dengan dakwah ini kita bisa memberikan contoh teladan yang baik untuk orang-orang di sekitar kita.
3.   Dakwah bil tadwin : Dakwah yang dilakukan dengan tulisan. Inialah dakwah yang sering dilakukan oleh banyak penulis.
Namun, tidak semua penulis melalukan hal ini. Disebabkan oleh latar belakang dan niat penulis saat menuliskan karyanya.
Banyak yang melatarbelakangi niat penulis ketika menulis, antara lain :
1.   Untuk mencari popularitas agar terkenal
2.   Untuk mencari kekayaan
3.   Hanya sekedar hobi
4.   Pelepas masalah dan beban
5.   Untuk berbagai
6.   Untuk berdakwah
Dua point terakhir yang patut kita contoh dari pemaparan latarbelakang niat ketika menulis yaitu untuk berbagi dan berdakwah. Sebab apabila menulis itu diniatkan untuk berbagi maka ilmu yang ditulis tersebut akan bertambah. Jika Ilmu itu semakin banyak dibagikan ke orang lain maka semakin bertambah pula ilmu yang kita miliki. Sedangkan apabila kita menulis dengan niat untuk berdakwah maka kita akan diberikan kemudahan dalam menulis. Sebab siapa saja yang memperjuangkan agama Allah maka Allah pun akan memperjuangkannya. Dengan dakwah itulah kita akan diberikan kemudahan dalam menulis. Berdakwah untuk mengajak orang-orang agar lebih taat dan beriman kepada Allah SWT.
Ada beberapa kelebihan apabila kita berdakwah dengan tulisan yaitu :
1.   Dakwah tulisan itu akan bertahan lebih lama
2.   Dakwah tulisan itu jangkauanya lebih jauh
Terkadang kita berpikir bahwa tugas dakwah itu hanya diemban oleh orang-orang yang berilmu agama banyak dan berpengalaman, lulusan pondok pesantren ataupun sekolah agama. Sehingga, tidak ada kewajiban pada diri kita untuk melaksanakan dakwah. Padahal, dakwah itu milik kita bersama.
Dengan berdakwah kita mengajak orang-orang untuk ber-amar ma’ruf nahi mungkar.
Jikalau kita bukan lulusan pondok pesantren atau sekolah agama. Dakwah itu masih bisa kita lakukan, menjadi seorang da’i yang berlatar belakang sekolah umum dirasa kurang mampu dalam berbicara tentang agama lewat dakwah lisan. Dikarenakan kurangnya ilmu agama yang dimiliki, sehingga ada rasa keraguan untuk berdakwah secara lisan. Keraguan dalam diri sendiri maupun keraguan dari para pendengar.
Para pendengar dakwah lisan biasanya lebih patuh dan suka dengan da’i-da’i lulusan pondok pesantren, minimal sekolah agama. Mereka yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang-orang lulusan sekolah agama ketimbang lulusan sekolah umum. Sebab, mereka berpendapat bahwa di sekolah umum itu pelajaran agamanya hanya sedikit ketimbang di pondok pesantren maupun sekolah agama.
Ada dua cara dakwah yang tersisa yang bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk bagi kita. Dakwah dengan perbuatan dan dakwah dengan tulisan.
A.  Dakwah dengan perbuatan
Dakwah ini bisa dilakukan oleh semua orang, sebab dengan perbuatanlah, dia bisa berdakwah dengan orang lain. Tentunya perbuatan-perbuatan kebajikan yang mengarahkan kita untuk lebih taat beribadah kepada Allah.
Dengan dakwah ini kita dituntut untuk bisa memberikan contoh yang baik kepada sesama kita, bisa dijadikan teladan bagi orang-orang disekitar kita.
Teringat perkataan seorang profesor, beliau mengatakan bahwa zaman sekarang ini sangat banyak tontonan tetapi kurang atau sangat minim tuntunan.
Tuntunan yang beliau maksud ialah orang yang bisa menuntun kita berbuat kebaikan (teladan) dan menuntun ke jalan kebenaran demi meraih keridhoan sang Ilahi Robbi.
B.   Dakwah dengan tulisan
Dakwah ini pun bisa dilakukan oleh semua orang tanpa melihat latar belakang pendidikan. Dengan bermodalkan pengalaman bisa dijadikan sebuah tulisan yang akan membuat orang lebih beriman dan taat kepada Allah.
Dakwah lewat tulisan tidak harus menunjukan tulisan tersebut harus ada aroma religiusnya tetapi tulisan tersebut memiliki kandungan hikmah yang tersurat maupun tersirat di dalam sebuah tulisan yang akan mempengaruhi pembaca.
Dengan dakwah inilah yang sering dilakukan oleh penulis baik itu penulis fiksi maupun nonfiksi. Berbagai novel-novel dan buku-buku religius telah ditulis oleh tangan-tangan penulis yang bersama-sama belajar agama dan berbagi pengalaman. Kemudian pengalaman tersebut berisi pelajaran dan hikmah yang bisa dipetk oleh pembaca.
Salah satu keunggulan berdakwah melalui tulisan dibandingkan berdakwah melalui lisan adalah semua orang dapat  membaca dan mengulangnya kembali dengan tanpa menulis ulang. Karena ketika orang mendengarkan ceramah, kebanyakan dari mereka hanya sekedar mendengarkan dan ketika pulang dari ceramah atau kajian, ilmu-ilmu yang didapatkan ketika mendengarkan hilang seketika kecuali di catat.
Bagi penulis pemula, ada beberapa alasan yang diutarakan ketika ingin berdakwah melalui tulisan. Mereka berpendapat bahwa menulis itu sulit, tidak ada waktu dan berbagai alasan lainnya. Dan pertanyaan yang sangat berpengaruh atas alasan yang diutarakan tersebut adalah “Bagaimana dakwah lewat tulisan dapat terwujud ketika kebiasaan menulis belum rutin dilakukan?” Menulis apapun itu apalagi menulis untuk mengajak  orang-orang berlomba dalam berbuat kebaikan dan lebih taat kepada Sang Pencipta.
Mari kawan ...
kita mulai menulis dengan dilatarbelakangi niat untuk berbagi dan berdakwah. Siapa lagi yang akan melanjutkan dakwah lewat tulisan selain kita-kita sang penerus estafet dakwah lewat tulisan.
                                                                                                                                                           

Read More...
Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

About Me